Dampak Banyaknya Hama Serang Lahan Sawah, Petani Karawang Merugi, Dinas Terkait Diminta Berikan Solusi Ampuh

Pemerintahan38 Dilihat

KARAWANG | BERITAINDUSTRI.ONLINE | Kota Karawang yang merupakan lumbung padi di Jawa Barat bahkan secara Nasional harus bisa di pertahankan dengan baik. Namun sangat di sayangkan saat ini kota Karawang yang dikenal sebagai kota lumbung padi tersebut namanya tak lagi menyeruak di nusantara karena dengan adanya area lahan pertanian yang mulai berkurang yang di akibatkan alih fungsi, yakni dari lahan pertanian (sawah) mejandi lahan industri, jasa, dan perumahan.

Adanya pembahasan dan penanaman masalah alih fungsi lahan pertanian diduga dapat mengurangi jumlah lahan pertanian tersebut terutama lahan pesawahan telah berlangsung cukup lama bahkan hingga saat ini.

Terkait dengan hal itu jelas, pengendalian alih fungsi lahan sawah tersebut sangat memerlukan solusi yang dapat menyelesaikan secara fundamental tekait adanya sejumlah kebijakan tentang lahan sawah.

Terngiang kabar Karawang kedepan bakal dibangun proyek besar dan diduga akan menggunakan banyak lahan pertanian. Jika hal tersebut benar adanya, maka ini jelas akan berpengaruh terhadap alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian. Selain itu banyaknya penambahan penduduk sebagai buruh atau pekerja sehingga berdampak pada banyaknya perumahan atau pemukiman yang akan di jadikan sebagai tempat tinggal.

Padahal jelas, pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus di penuhi termasuk dalam hak memperoleh pangan yang merupakan salah satu hak asasi manusia yang tertuang dalam pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945, sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.

Merujuk kepada hal tersebut tim redaksi melakukan live talkshow dengan beberapa orang petani di Desa Balongsari Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang dengan dasar banyak nya pemberitaan masalah pertanian di Karawang yang muncul dari berbagai sumber media.

Dari perbincangan melalui live talkshow dengan para petani di desa Balongasi tersebut didapatkan keluhan-keluhan dan harapan dari para petani di antaranya, gagal panen yang di sebabkan hama, sulitnya pupuk, tingginya harga pupuk dan juga obat sawah atau insektisida, membengkak nya biaya modal nyawah dalam pengurusan sampai kepada tahap panen, sulitnya dalam mendapatkan air untuk mengairi sawah, dan masalah lainya.

Amin salah satu petani mengungkapkan permalasalahan yang saat ini menghantui kaum petani sawah adalah hama.

“Permasalahan yang saat ini mejadi sumber utama masalah gagal panen yaitu hama tikus, sundep dan kupu-kupu.” Ucapnya.

“Hama tikus katanya bisa di atasi dan dapat diminimalisir oleh penjagaan dengan mengguakan plastik khusus HDPE Biru Heavy Duty dengan plastik khusus yang berwarna biru dan katanya hama tikus dapat di cegah dan tidak bisa masuk ke dalam area sawah, namun pada kenyataanya metode ini sangat membebani petani dalam segi modal.” Ungkapnya.

“Menanam padi saja jika di hitung dalam 1 hektar memerlukan biaya sampai 3 juta rupiah untuk membeli plastik saja.” Timpalnya.

“Saya berharap di musim tanam agar serempak dan kompak, di mana dikala panen serempak dan menanam juga serempak di bagi jadi 4 sampai 5 Kecamatan secara serempak terus sampai ke Kecamatan lainya, jangan di satu desa, ada yang nyawah tapi ada juga yang panen, dan ini mengakibatkan rantai ekositem hama tidak putus putus seolah petani memfasilitasi hama untuk semakin berkembang biak, berdasarkan keluhan-keluhan tersebut ini menjadi atensi khusus kepada Dinas Pertanian Kabupaten Karawang.” Tandasnya.

Bapak Amin, Entay, Sarmo, dan Anen dalam sesi live talkshow tersebut mengutarakan dengan tegas harapan dan bantuanya dari pemerintahan terkait agar bisa membantu petani dengan sepenuh hati.

Sementara itu dalam video viral yang beredar di media sosial kang emed menyampaikan, bahwa profesi petani terkait pangan perlu di apresiasi dengan setinggi-tingginya, karena saat penjajahan dulu, petani sangat berkontribusi dalam kemerdekaan Republik Indonesia, sebab faktanya di dalam pertempuran saat kondisi perut lapar saja pejuang kemerdekaan tidak fokus dalam menembak, maka dari itu penting rasanya saat ini pemerintah untuk lebih berfokus kepada ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.” Pungkasnya sambil menutup sesi live talkshow dengan para petani secara langsung di area peswahan yang ada di desa Balongsari Monumen Rawagede. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *